Riyayan

Shalat Id, silaturrahmi, ketupat, mudik, maaf-maafan, dan -yang nggak begitu penting- pakaian baru. Itulah pernak-pernik Idul Fitri, yang orang Jawa bilang riyayan. Mulai dari kota-kota besar sampai gang buntu merayakannya penuh suka cita.



Suasana di kota biasanya lengang karena para penghuninya berbondong-bondong “boyongan” ke desa, sedangkan di desa ruamai karena ketambahan manusia yang back to basic. Selain itu, wong ndeso punya tradisi keliling ketika hari raya. Mereka blusukan dari rumah ke rumah untuk minta maaf dan menyambung tali silaturrahim. Bagi anak yang berusia “produktif”, hari ini adalah lumbung rejeki bagi mereka, oleh karena itu mereka memanfaatkan tradisi keliling ini. Kalau tuan rumah yang didatangi pas punya banyak rejeki, mereka bisa dapat galak gapil, tapi kalau pas yang biasa-biasa saja mereka Cuma bisa dapat jajan yang disuguhkan. Ya…nayamul lah. Tapi pada intinya, Hari Raya Idul Fitri bukanlah saat untuk ber”wah-wah”, kita harus bisa memanfaatnnya sebaik mungkin untuk mengembalikan diri ke fitrah kita.

Read More…

0 komentar: